Pages

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Senin, 25 April 2011

Jadi Duta Unicef, Yenni Wahid Kampanye ASI




Jepara - Setiap  berkunjung ke sejumlah daerah belakangan ini, Direktur Wahid Institut Zanubba Arifah Chafsoh tidak hanya berbicara masalah politik saja melainkan juga mengkampanyekan air susu ibu (ASI). Apalagi bila audiennya kebanyakan perempuan, putri Gus Dur yang sering dipanggil Yenni Wahid ini selalu mengajak kaum ibu menyusui anaknya dengan ASI.

Sebagaimana disampaikan saat menghadiri acara Istighosah Fukushima dalam rangka peringatan hari lahir (Harlah) ke-77 GP Ansor di Benteng Portugis Donorejo Jepara, Jum'at (22/4) lalu. Dalam kesempatan tersebut, Yenni mengatakan dirinya ditunjuk badan PBB yang mengurusi anak-anak (Unicef) sebagai duta ASI. “Makanya,  saya ke mana-mana akan selalu menyuarakan disiplin ilmu tentang  ASI," katanya.

Dikatakan Yenni, ASI mempunyai manfaat besar bagi perkembangan anak. Diantaranya, anak  yang mendapatkan air susu ibu akan memiliki kecerdasan tinggi, jarang sakit maupun alergi dan lebih ekonomis atau hemat.

“Kita itu ingin anak kita cerdas atau tidak? Atau kita mau direpotkan bergantung pada susu formula yang harganya tinggi? Kalau tidak mau, mari diupayakan terus menyusui pakai ASI,” ajak istri  Dhohir Farisi ini meyakinkan ibu-ibu yang hadir.

Akhir-akhir ini, akunya, memang banyak kaum ibu usai melahirkan tidak mau menyusui ASI kepada anaknya dengan alasan tidak keluar airnya. Padahal semestinya masalah tersebut diatasi manakala perempuan memiliki kemauan menyusui dengan ASI.

“Ibu-ibu tidak perlu khawatir kalau air susu tidak keluar karena  bayi tidak akan kelaparan. Sejak lahir bayi membawa cadangan makanan dari rahim ibu makanya bisa bertahan sampai 3 hari, "terang ibu dari Malika Aurora Madhura ini.

Yenni menjelaskan ASI bisa bertahan selama 3 bulan tanpa bahan pengawet. Caranya? Setelah ASI dipompa kemudian disimpan di lemari es, kemudian bila membeku bisa dicairkan dengan direndam dalam air hangat.

“Ketika bepergian ke daerah, saya tidak perlu takut karena anak saya sudah memiliki cadangan air susu di kulkas tidak dengan susu Formula. Dengan begitu, kita selamanya memberikan ASI pada bayi kita," tutur Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Gus Dur.

Di awal pidatonya, Yenni menegaskan penolakannya terhadap rencana pembangunan PLTN di Jepara karena banyak madharatnya dibanding manfaatnya. Selain Yeni, hadir juga ketua PP GP Ansor Nusron Wahid, Ketua PC NU Jepara KH. Nurudin Amin, Pengasuh ponpes API Tegalrejo Magelang KH. Yusuf Chudlori, Para habaib dan PC GP Ansor Pati, Kudus, Jepara serta masyarakat umum.(adb)

Kamis, 21 April 2011

Kang Said: Islam Ajarkan Perdamaian dan Toleransi




Jakarta --  “Perdamaian dan toleransi merupakan ajaran Islam dan bagi Nahdlatul Ulama dua isu tersebut sudah tidak asing lagi dan bagian dari amaliyah kehidupan nahdliyin sehari-hari,” tegas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Dr. KH. Said Aqil Siroj dalam sambutannya pada Bedah Buku, "Dialog Peradaban Gusdur-Ikeda" yang diselenggarakan oleh Lajnah Ta'lif wan Nasyr PBNU, Soka Gakkai Indonesia, Wahid Institute, dan Penerbit Gramedia, di Gedung PBNU, Selasa (19/4/11).

"Soal toleransi dan perdamaian, silahkan baca al Quran surah ar Ruum, surah Yunus, surah Maryam dan lainnya, termasuk sejarah Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidun. Karena itu tatanan Islam di Indonesia yang sudah mapan jangan dirusak dengan radikalisme teologi," lanjut Kang Said.

Kiai Said menjelaskan bahwa spirit toleransi dan perdamaian telah menjadi identitas Islam Indonesia termasuk kelompok lain di bumi Nusantara.

"Para dai dari Arab kuno telah menyebarkan Islam di Indonesia. Cina kuno berkontribusi atas kemunculan Majapahit. Sumpah Palapa era Majapahit telah menginspirasi Sumpah Pemuda. Dan saat ini kita telah menikmati kemerdekaan sejak 1945. Karena itu bukan Indonesia tanpa Cina, Hindu, Buddha, Arab.

Sementara itu Ketua LTN PBNU, Sulthan Fatoni, dalam sambutannya mengatakan ide Bedah Buku "Gusdur-Ikeda" merupakan permintaan Ketua Umum PBNU sebagai bentuk penghormatan terhadap Gus Dur dan Daisaku Ikeda serta upaya memperkuat nilai-nilai universal.
"Meski kecil, kami berharap acara ini dapat memberikan kontribusi terhadap proses perdamaian  dan toleransi kehidupan beragama di Indonesia. Terima kasih kepada Sokka Gakai Infonesia, Wahid Institute dan pihak Gramedia atas sinerginya selama ini."

Narasumber yang hadir dalam acara tersebut, Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj (Keynoote Speech), Peter Nurhan (Ketua Umum Sokka Gakai Indonesia), Romo Mudji Sutrisno (Rohaniwan), Abdul Mun'im DZ (intelektual muslim), dan Yenny Wahid (Direktur Wahid Institute).(nuo)

Kamis, 14 April 2011

Pendidikan Harus Dibarengi Pembersihan Jiwa


BAE - Proses pendidikan seyogyanya tidak hanya sekadar mentransfer ilmu saja melainkan juga harus dibarengi  pembersihan jiwa maupun kepribadian (tazkiyatun nufus) bagi anak didik. Dengan demikian hasil didikan  akan lahir intelektual muslim  yang pinter dan benar, berjiwa besar, berakhlakul karimah serta memperoleh keuntungan di kemudian hari. 

“Dengan Tazkiyatun nufus, selain mencegah lahirnya intelektual muslim yang sombong pemikirannya juga mampu mencetak sarjana yang sarjono (dasar bejone ono/ memperoleh keuntungan),” kata ulama asal Semarang Habib Umar Muthohar dalam acara pengajian dan Istighosah dalam rangka dies Natalis ke XIV Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus di kampus Desa Ngembal Rejo Bae Kudus, Rabu (13/4) malam.

Di depan ratusan hadirin yang sebagian besar mahasiswa STAIN ini, Habib Umar mencontohkan upaya pembersihan jiwa ini sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa-masa jahiliyah. Selain memberikan ilmunya, Nabi Muhammad juga mengubah jiwa pengikut dan sahabatnya menjadi sholih, penyayang dan penyabar.

“Buktinya, lahir generasi pengganti beliau seperti Abu bakar, Umar bin Khattab,Ali bin Thalib dengan  sifat dan prilaku yang santun dan sabar. Termasuk saat  menghadapi  godaan dan ancaman, para sahabat itu bisa menahan amarah ,”tambahnya.

Dengan diselingi humor, Habib Umar  mengingatkan intelektual muslim tidak memandang agama dengan  pemikiran bebas karena akan bisa merusak keyakinan. Pemikiran bebas hanya bisa dilakukan melalui politik, ekonomi, dan budaya. 

“Karena agama itu wahyu Allah, jadi tidak bisa dirubah dengan pikiran bebas. Malah seharusnya kita perteguh seraya berpikir rasional terhadap wahyu itu sehingga bisa tambah jaya dan maju.”tandasnya

Diakhir ceramahnya, Habib mengajak komponen  STAIN selalu menjaga kemurnian ilmu agama dengan memadukan ilmu modern yang benar sehingga akan lahir sarjana terpilih yang mampu menjawab kebingungan ummat.

“Jangan menjadi pemikir yang neko-neko dan hanya mencari popularitas saja. Ini akan menambah bingung ummat,”pintanya.

Pengajian dan istighosah ini sebagai puncak penutupan rangkaian kegiatan Dies Natalies ke XIV STAIN Kudus yang berlangsung selama dua pekan. Selain Habib Umar, hadir juga sejumlah Habaib asal Kudus dan Rektor STAIN Kudus Prof. Abdul Hadi dan tenaga pengajar serta tamu undangan lainnya. (qomarul adib)

Rabu, 13 April 2011

Dalam Kondisi Apapun, NU Mampu Pecahkan Persoalan Umat

GEBOG - Dalam kondisi apapun, Nahdlatul Ulama mampu menyelesaikan persoalan ummat. Pasalnya, NU memiliki banyak metode yang sering dipakai warga NU memecahkan masalahnya. Selain diawali  dengan analisa masalah, NU dalam memutuskan hukum masalah juga mempertimbangkan dampak atas solusi yang dihasilkan.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Cabang Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Cabang Kudus Asyrofi Masyitho saat menghadiri kegiatan bahsul masail diniyyah yang diselenggarakan MWC NU Kecamatan Gebog di masjid Darussalam Desa Karangmalang Gebog Kudus, Selasa (12/4).

Menurut Asyrofi, perkembangan zaman terutama dinamika sosial belakangan ini selalu memunculkan permasalahan  di tengah-tengah masyarakat. Sehingga membutuhkan solusi jawaban akan hukum keagamaan.

“Setiap ada masalah penyelesaiannya tidak bermadzhab qouli (mengambil yang sudah jadi) tetapi memulai dengan dengan jalan pikiran dan metode (manhaji) imam madzhab empat,” ujar Asyrofi.

Asyrofi mengapresiasi adanya program bahtsul masail diniyyah yang dilakukan Nahdlatul Ulama. “Melalui bahtsul masail ini, akan bisa sebagai wadah sekaligus solusi atas problematika keagamaan yang muncul di masyarakat,” tambah mantan ketua DPRD Kudus ini.

Sementara itu, Ketua MWC NU Gebog KH Ibrohim Kholili mengajak warga NU memiliki organisasi secara jam’iyah. Sebab, belakangan banyak masyarakat yang hanya melakukan amalan-amalan NU tanpa mau bergabung dengan organisasi NU.

“Banyak yang punya pikiran, kalau sudah mengamalkan tahlilan dan manaqib itu sudah NU. Padahal sekarang ini  warga lain juga melaksanakan tradisi NU,” katanya saat memberikan sambutan.

Dikatakannya, keberadaan Nahdlatul Ulama harus kuat secara jamaah juga jam’iyah agar organisasi tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain non NU.

“Oleh karenanya, pengurus NU di ranting harus bisa menyuarakan dan melaksanakan program NU secara rutin untuk kepentingan anggota dan masyarakat,” tegasnya penuh harap.

Kegiatan bahtsul masail yang diikuti puluhan kiai, pengurus dan anggota ranting NU se kecamatan Gebog ini membahas permasalahan keagamaan yang diperoleh dari warga NU.

“Bahtsul masail ini  merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan satu bulan sekali dan tempatnya bergiliran di masing-masing ranting,” tambah KH Ibrohim usai acara. (qomarul adib)